Skip to main content

AKU PENGEMIS


Jika hidup mu penuh dengan kesedihan, mungkin kamu mengira bahwa waktu begitu menyiksa dan sangat tidak adil. Terkadang waktu juga yang membuat semua keadaan ini terjadi begitu lama dan berulang-ulang. Kesedihan seringkali muncul di dalam hati dan pikiran ku. Tapi itu dia waktu yang selalu berbuat sesuka hati. Waktu itu aku mulai mengerti sebuah arti Hidup. Saat aku tidak memilikinya. Orang lain menganggap semua seperti biasa tapi aku tidak. Semua pergi berlalu lalang,tapi tidak memperhatikan aku. Melihat saja suatu hal yang sangat langkah bagi diriku.

Semua matahari yang terik dan sangat panas yang menghampiri ku dan bahkan angin yang dingin menghampiriku juga. Semua datang secara bersamaan yang tidak dapat aku lawan dengan baju di tubuhku. Pakaian yang tersingkap di badan, kalah tebal dengan kulit badan yang menutupi bagian dalam tubuh ini.


Uang sangatlah berarti di dunia ini. Itu sangat kelihatan pada orang lain yang bergemilang harta dan penuh kemewahan dalam hidupnya. Uang ini memang memiliki karakteristik dan bentuk yang sangat unik. Setiap nominalnya sangat bergitu berharga. Aku bahkan lebih keji daripada uang. Sebagian orang menganggap bahwa uang adalah segalanya. Dan bahkan setiap nilai mata uang yang tertera memiliki arti yang penuh makna. Uang yang jatuh ketempat yang jauh tersembunyi akan membuat sipemiliknya panik dan kebingungan. Atau bahkan bisa mengubah pola hidup dan cara berfikirnya.

Jika dibandingkan uang dengan diriku,itu memiliki takaran yang sangat jauh berbeda. Atau bahkan sangat-sangat berat sebelah. Air mata terasa lebih ringan dan tidak berarti. Aku selalu dikalahkan oleh benda itu. Aku lebih sering diabaikan dan terbengkalai. Aku begitu tersiksa dan terlukai.

Satu persatu binatang kecil bersayap datang dan menghampiri ku, seakan memangsa aku secara bersamaan dan dalam waktu yang sangat cepat binatang itu telah ramai dan membentuk koloni. Luka darah merah yang segar mengalir terus menerus dan mulai jatuh dari tubuh ku yang kurus dan kering. Air mata yang semula ada dimata,secara perlahan jatuh dan meninggalkan kelopak mata.

Air dingin terasa begitu sangat menyakitkan jika menyentuh tubuh ku ini. Itu seperti api neraka yang berkali-kali lipat panas dan perih nya. Itu membuatku begitu tersiksa dan tidak mampu bertahan lama di dalam air dingin. Lubang besar mulai mengganga di bagian belakang badan. Hampir sebesar telapak tangan ku sendiri. Tidak hanya disitu saja, sebagian kecil juga menutupi bagian paha. Kedua luka itu, secara bertahap bertambah besar dan hampir menutupi keseluruhan badan ini.

Pakaian yang aku kenakan hanya mampu menahan sesaat saja jika matahari datang dan membakar tubuh ku. Dan baju ini juga tidak mampu menghangatkan ku dikala hujan datang. Baju ini sudah lama aku kenakan,dan aku lupa sudah berapa lamanya. Baju itupun tidak mampu menutupi seluruh badanku. Aku masih bisa menutupi sebagian dari keseluruhan tubuh ini.

Aku sering datang ke pusat keramaian atau datang menghampiri orang, demi meminta belas kasihan yang Tuhan berikan disetiap hati manusia. Bukan belas kasihan yang aku dapatkan tapi Aku sering menerima cairan putih yang keluar dari mulut mereka, dan juga sering melihat orang lain menutup hidung mereka dengan tangan. Aku juga sering tidak terlihat oleh mereka. Aku juga sering disiram air oleh mereka yang menganggap itu menjadi pantas bagian dari diriku. Aku juga sering menelan air ludah dan menahan lapar saat melihat mereka tertawa dan makan di atas meja bundar yang terbuat dari kayu indah dan rapi.

Aku selalu berdoa, bahwa makanan itu sekiranya terjatuh kelantai dan aku bisa memungutnya sesegera mungkin,sehingga aku bisa merasakan makanan yang membuat mereka tertawa. Aku juga berdoa,semoga makanan itu jatuh banyak dan tidak hanya dari satu meja saja,kalau bisa dari setiap meja yang ada. Aku tetap memperhatikan setiap meja dan sudut-sudut orang kaya tersebut.

Tapi, Tuhan memang mendengar doa ku dan memang benar banyak makanan yang jatuh dari meja. Dan dengan begitu banyaknya aku mulai menghitung meja-meja itu. Semua jari-jari tanganku tidak cukup untuk menghitung makanan yang jatuh dari meja mereka. Betapa bahagianya hatiku. Aku bahkan bisa menyimpannya buat nanti makan malam ku. Sudah terbayangku dan terbenam dalam ingatan dan pikiranku juga. Aku terus memperhatikan semuanya dengan seksama,dimana saat mereka lengah aku akan berlari dan memungut makanan itu. Selagi aku memperhatikan makanan itu, seseorang berbaju putih  dan celana hitam datang menghampiri setiap meja makan dan membawa sapu dan skop sampah. Lelaki itu datang dan mulai membersihkan meja makan dan setiap lantainya dia buat menjadi bersih dan mengkilap. Semua makanan itu tersapu bersih. Hilang semuanya dari hadapan mata. Semua hilang begitu saja. Hilang semua harapan ku. Hilang semua angan ku. Semuanya hilang.

Aku melihat ke atas langit. Aku melihat awan yang menutupi matahari terik itu. Aku berkata dan sambil menengadah keatas: apa aku terlalu tidak layak untuk hal itu, apakah aku tidak bisa merasakan makanan itu. Atau bahkan makanan sisa sekalipun aku tidak layakkah, Tuhan!. Saat itu, aku tidak mendapatkan jawaban itu,dan bahkan aku menjadi sangat lapar. Aku hanya bisa menelan air ludah ditenggorokanku saja. Semoga waktu yang pedih ini cepat berlalu.

Berjalan beberapa meter atau kilometer, itu sudah hal yang biasa aku lalui. Orang yang melewati aku dan aku juga melewati mereka begitu saja, tapi aku masih berharap bahwa ada seseorang yang merasa iba kepada ku, terhadap keadaan ku. Aku sudah sangat lapar. Aku bahkan tidak bisa menahannya lagi. Aku bahkan tidak bisa mengangkat kaki, dan sangat terasa kaku. Aku bahkan sesekali hampir terjatuh dan tidak bisa berdiri tegak. Aku kaku dan sangat kaku. Semua beban bertumpu pada kaki ku. Aku lelah dan haus.

Aku tak mampu lagi. Aku jatuh……

Aku merasa takdir ku sudah saatnya. Aku tidak dapat merasakan air ludah ku. Matahari sangat panas sekali dan cahaya sangat begitu terang. Aku sudah tak dapat lagi menggerakan jari kurus ku. Kaki kurus ku pun tidak bisaaku angkat. Perut yang kecil ini seperti tong kosong tak terisi. Aku juga dapat merasakan detak jantung ku yang berdetak begitu kencang dan lama kelamaan bunyi sudah mulai berdetak perlahan, dan mulai hilang di desak telinga aku. Aku masih memiliki waktu, mungkin hanya beberapa menit saja. Hingga aku bisa merasakan perihnya kehidupan ini. Pedihnya luka yang ada di tubuh ini.


Aku berhenti bernafas.

Comments

Popular posts from this blog

Tambal Ban usahaku

(berdasarkan kisah nyata) Rejeki   itu Pasti   Ada bagi yang berusaha dan berdoa.                  Dingin malam adalah teman ku sehari-hari. Ini bukan karna aku suka keluar malam, tapi ini aku pekerja kasar dan pekerja malam. Aku mencari rejeki saat orang lain tidur nyenyak di malam hari tapi aku harus tetap terbangun sampai matahari pagi kembali aku sambut.

GAMBAR MENJEMUR PAKAIAN MASYARAKAT UMUM DI INDONESIA

Menjemur pakaian adalah hal yang biasa kita lakukan sehari-hari. Seringkali kita melihat menjemur pakaian di tempat yang terang dan banyak cahaya, agar harapan pakaian tersebut cepat kering dan banyak terkena cahaya matahari yang dimana untuk membantu proses pengeringan pakaian. Alih-alih berharap cepat kering, jadi pakain yang basah dijemur ditempat-tempat yang sangat umum kita lihat. Walaupun demikian kita juga sering melihat disekitar kita dan menganggap hal yang biasa. Hahaha….

10 KEBIASAAN ORANG INDONESIA YANG MESTI DIKETAHUI DAN DISADARI

Ohh.. orang Indonesia ya… yap, Indonesia sangat   terkenal di dunia. Mulai dari alamnya yang subur, lautnya yang indah dan kaya, Budaya yang kental dan kuat , serta tradisi yang masih alami dan ada hingga sampai saat ini. Itu sebabnya kementerian pariwisata Indonesia, memberi Tagline “Wonderful Indonesia”. Ini bukan lain untuk menunjukkan betapa kaya dan suburnya Indonesia. Menarik dan dinamisnya Indonesia, yang memiliki ciri tersendiri dan perbedaan pada setiap daerah yang dimiliki oleh Indonesia.