(berdasarkan kisah nyata)
Rejeki itu Pasti Ada bagi yang berusaha dan berdoa.
Dingin
malam adalah teman ku sehari-hari. Ini bukan karna aku suka keluar malam, tapi
ini aku pekerja kasar dan pekerja malam. Aku mencari rejeki saat orang lain tidur
nyenyak di malam hari tapi aku harus tetap terbangun sampai matahari pagi
kembali aku sambut.
Dibesarkan
dari keluarga terdiri 8 saudara dan aku anak ke 4 di keluarga di kampung kecil
di bagian sumatera utara. Barus,Tapanuli utara itulah nama kampung ku. Banyak
kenangan dan hal-hal yang indah aku lalui semasa kanak-kanak hingga aku
memutuskan untuk merantau kekota lain. Saudara-saudara aku yang pertama hingga ketiga
sudah menikah dan anak kelima juga sudah menikah, hanya aku anak lelaki yang
tertua dan belum menikah di dalam keluarga. Ditinggal pergi semenjak duduk
disekolah dasar, ibu ku hanya berjuang seorang diri untuk menafkahi kami semua.
Terkadang aku melihat mama sering menangis dalam kesendirian untuk mencari
nafkah keluarga.
Kedewasan
mengajarkan ku untuk berjuang dan tetap bertahan hidup. Tahun 2009 aku
beranikan diri untuk merantau di Kota Medan metropolitan. Bermodal dengan uang seadanya dan doa mama
yang memberangkatkan ku, aku berangkat dari kampung ke Kota Medan.
Suara
sang supir membangunkan aku dari tidur perjalanan panjang. Medan… Medan.. kita sudah sampai Medan, kata pak supir. Aku
terbangun dan melihat sekitar terminal bus. Aku menginjakkan kaki pertama kali
di Kota Medan. Kota yang begitu ramai, padat dan sibuk.
Banyak
mobil berlalu lalang, terkadang berhenti jika lampu merah menyala dan berangkat
melaju jika sudah berganti dengan lampu hijau. Banyak bus- bus dan angkot,
bersuara lantang dan keras sambil menyebutkan suatu tempat atau tujuan yang aku
kurang begitu ingat nama tempat yang disebutkan karna terdengar asing bagi ku.
Aku pun tidak mengetahui tujuan kemana akan pergi melangkah.
Udara
Kota Medan memang sangat Panas. Sekali-sekali aku mengusap keringat yang bercucuran diwajah.
Ada Banyak warung makan di pinggir
jalan, Aku berhenti sebentar dan duduk lalu memesan botol air mineral untuk
pelepas dahaga. Aku juga menanyakan kepada penjual tentang lowongan pekerjaan
tapi mereka tidak tahu. Susah juga cari pekerjaan dikota besar ini. Berjalan
kesana kemari. Dari toko satu ke toko yang lain, hingga Akhirnya aku menemukan tempat kerja.
Kerja di toko rokok. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Terima Kasih Banyak
Tuhan, akhirnya aku dapat tempat kerja. Guman ku dalam hati.
Gaji
Rp.500.000 perbulan yang aku terima nantinya. disediakan tempat tinggal dan
makan untukku, Jadi kalau dihitung-hitung sudah cukup bagus. Hari pertama kerja
begitu sangat melelahkan sekali. Banyak juga pembelinya jadi tidak begitu
banyak istirahat, belum lagi jam kerjanya buka mulai 7 pagi sampai jam 9 malam.
Sangat melelahkan sekali. Tapi aku harus kuat dan tetap bersyukur.
Hari
demi hari aku lalui pekerjaan ini. Aku terus dan terus bekerja. Semangat jangan
hilang, hingga akhirnya di penghujung bulan, gaji pertama pun aku terima.
Begitu senangnya aku dan bahagianya hati ku. Karna begitu senangnya dengan gaji
pertama,aku tersenyum lebar dan menarik napas dan menghembuskan dengan
merasakan setiap udara yang keluar dari hidung. Aku sangat berterima kasih
kepada Tuhan.
Aku
langsung menyisihkan uang tersebut untuk dapat
mengirimnya sebagian ke kampung. Dengan senangnya aku langsung
menghubungi mama dan memberitahukan uangnya sudah di kirim. Ini aku lakukan
untuk membantu adik-adik saya yang masih sekolah dan Usia lanjut mama membuatnya tidak begitu bisa banyak bergerak.
Itu yang membuatnya penghasilan jadi berkurang,walaupun anak-anak yang dibiayai
tidak sebanyak dulu. Aku sangat
bersyukur juga kepada Tuhan masih memberikan kesehatan kepada mama saya
tersayang.
Kecil
dan sedikit tapi sangat berarti bagi yang benar-benar membutuhkannya. Walaupun
gajiku kecil tapi sebisa mungkin aku sisihkan untuk membantu orang tua yang ada
dikampung. Gemerlapnya Kota Medan, tidak bisa aku menikmati dengan segala
kemewahan seperti orang lainnya. Aku mensyukuri segala yang ada pada diriku.
Genap
3 tahun aku menekuni pekerjaan itu. Aku juga sudah mulai merasa jenuh dan ingin
segera keluar mencari pekerjaan yang lain. Hingga akhirnya aku keluar dan
mencari pekerjaan yang lain. Semua uang yang aku sisihkan dan sudah terkumpul
aku gunakan sebaik mungkin sampai dapat perkerjaan baru. Semua kebutuhan sudah
aku perhitungkan, mulai uang kontrakkan bulanan, makan dan minum serta ongkos
dan biaya tak terduga lainnya.
Beberapa
bulan aku menganggur, akhirnya aku dapat tempat pekerjaan yang baru. Di pusat
pasar, bekerja dengan pemilik toko orang cina. Aku bekerja di toko sembako. Jam
kerja yang tidak begitu beda jauh dengan tempat kerja yang pertama, tapi jam
kerja sedikit lebih enak. Buka mulai jam 7 pagi sampai tutup jam 7 malam.
Penginapan disediakan serta makan dan minum ditanggung. Gaji sama Rp.500.000
per bulan.
Pegal-pegal
juga badan ini. Aku sering memijat sendiri lengan ini karna sangat lelahnya.
Tempat ini begitu ramai pembeli, jadi banyak yang harus dikerjakan dan lakukan.
Bahkan jam istirahat pun terpaksa terpakai untuk melanyani pembeli. Waktu
santai sangat berharga di tempat ini. Jika saat hari besar dan hari
libur,begitu sangat melelahkan. Banyak pembeli yang harus dilayani. Angkat
barang ini, angkat barang itu dan letakkan barang itu. Seperti itulah
kesibukannya. Pernah suatu ketika, saat
sunyi pembeli berniat untuk berhenti sejenak untuk melepaskan rasa lelah yang
ada, langsung saja koko (sebutan untuk Abang dalam bisa cina di sekitar ini)
menghampiri kami dan berkata; masih banyak barang yang harus diberesin dan
dikerjakan. Langsung saja aku beranjak berdiri dan memperbaiki letak dan bentuk
barang-barang yang dijajakan di toko ini.
Aku
harus bersabar dan terus giat melakukan pekerjaan ini. Karna harus membantu
yang dikampung. Karna sangat melelahkan
aku langsung tertidur pulas di tempat tidur tanpa cuci muka dulu. Waktu istirahat
sangat terbatas sekali bahkan sampai malam pun terpakai untuk bersih-bersih dan
membereskan tempat dan rumah.
Hampir
2 tahun aku melakukan pekerjaan itu, memberi dan melanyani pembeli sembako.
Hingga aku putuskan untuk berhenti dan pulang kampung. Sudah sangat lelah
bekerja ditempat tersebut, sehingga aku putuskan untuk berhenti. hari yang telah aku tentukan,aku ijin
berhenti kerja kepada KOKO pemilik toko. Dan KOKO tersebut menanyakan alas an
ku keluar dan akhirnya dia mengijinkan aku keluar dan aku langusng ijin pulang.
Dan segera mungkin aku membereskan
barang dan berangkat keterminal bus untuk kembali ke kampung.
Gelap
sudah di kampung ku. Aku sampai di kampung sekitar jam 22.00. aku langusng
mencari mama dan memeluknya erat. Dan menanyakan kabarnya serta keadaannya.
Adik-adik sudah pada tertidur pulas, jadi saya tidak berani membangunkan
mereka. Aku pun meletakkan tas yang berisi pakaian di dalam kamar ku yang
berukuran 3x3 M.
Aku
mengganti pakaian yang ku kenakan dan setelah itu makan malam. Sesekali mama
bertanya tentang pengalaman dan mengapa berhenti bekerja disana. Aku dengan
sabar menjelaskan kepada mama saya. Karna hanya dia orang tua yang masih hidup
bersama kami. Walau sedikit kecewa yang terjadi tapi aku tetap berniat untuk
keluar dari pekerjaan itu.
Aku
kembali merasakan udara yang dingin dan sejuk di kampung ini. Aku seakan
teringat masa-masa kecil ketika berangkat ke sawah. Membantu dan berlari
bersama adik-adik,itu adalah hal yang sangat kurindukan semasa kecil. Seringkali
senyum dan tertawa kecil ketika kenangan itu muncul di pikiranku. Aku sangat
merindukan hal itu.
Pagi
hari aku berangkat kesawah dan sore pulang dari sawah. Menuai padi yang di
tanam nantinya. Bulir-bulir padi yang masih muda berwarna hijau dan asri.
Tangan yang memegang cangkul ini mengayuh tinggi dan mendarat di tanah. Menggemburkan tanah yang keras, agar
sirkulasi udara berganti dan membuat tanah menjadi lebih subur. Hingga genap Setahun
aku bersama keluarga di kampung aku lalui. Akhirnya aku putuskan kembali ke Kota
Medan untuk mencari pekerjaan yang baru.
Semangat
bercampur sedih untuk keberangkatan ku, Karna aku harus meninggalkan mama di
kampung. Tapi aku harus bisa sukses untuk masa depan aku. Klakson mobil
terdengar keras pertanda Bus sudah
datang dan aku ijin pamit dengan memeluknya sangat erat. aku pergi ya ma. Doakan saya bisa sukses. Ucapku sambil menghapus
air mata. Tas ransel dipundak aku masukkan ke dalam bagasi bus, dan klakson bus
berbunyi tanda bus akan melaju. Aku mengeluarkan tangan seraya melambaikan jauh
dan mengisyaratkan selamat tinggal kepada mereka yang aku tinggalkan.
Mata
ku masih menoleh ke belakang walaupun bus tetap melaju kencang. Semakin lama
semakin mengecil wajah mama, bus ini melaju sangat kencang. Aku terdiam di
dalam bus. Menarik nafas yang panjang
dan menghembuskannya keluar. Aku masih teringat semua kenangan di sawah dan
adik-adik juga. Bus masih tetap melaju, Aku terlelap dalam bus karna perjalanan
masih sangat jauh.
Kota
Medan, aku sampai juga di terminal bus. Aku langsung mencari angkot yang menuju
suatu tempat. Aku tidak bingung lagi, karna Kota Medan sudah pernah aku
singgahi. aku beranikan diri ke sebuah bengkel mobil dan menanyakan lowongan
pekerjaan. Dan Puji Tuhan, ternyata ada lowongan itu. Pemilik toko sangat baik.
Dia memberikan aku tumpangan juga tinggal di bengkel ini,dengan maksud untuk
menjaga tempat ini.
Add caption |
Hampir
3 bulan aku bekerja dengannya, aku memutuskan untuk membuka usaha sendiri. Aku
berencana untuk membuka usaha tambal ban sendiri. Awalnya aku masih ragu untuk
menyampaikan sama pemilik bengkel. Tapi aku harus membuka usaha sendiri,karna
sudah bosan bekerja dengan orang lain. Aku pun memberanikan diri untuk
membicarakannya dan tidak menyangka dia menerima usulanku. Aku sangat senang.
Tapi kamu harus tidur dalam mobil ini karna tidak ada yang menjaga. Aku pun
segera menberi isyarat setuju.
Akhirnya
aku membuka usaha itu. Tapi beberapa peralatan masih aku sewa dengan pemilik
bengkel dan harus membayar setoran Rp.300.000 ribu dalam seminggu. Hanya
bahan-bahan kecil yang bisa aku sediakan, seperti : ban bekas, ban dalam dan
ban luar beberapa kunci untuk bengkel. Yang lainnya aku sewa,seperti pompa
mesin angin, becak, perlengkapan angin lainnya.
Simpang empat
jalan sutomo, becak mesin tambal ban ku. Berada di depan ruko dan diterangi
lampu toko. Setiap hari saya buka mulai jam 18.00- 02.00. dinginnya malam serta
suara klakson semua kendaraan yang menemaniku setiap hari. Aku juga menjual
bensin eceran. Bensin yang aku kemas dalam botol dan menjajakannya di pinggir
jalan yang terbuka. Setiap botol berisi 1 liter bensin.
Jika
hujan turun, sudah tentu dinginnya malam semakin bertambah menjadi sangat
dingin. Belum lagi jarang kendaraan yang melintas di persimpangan ini. Aku
berdoa semoga hujan secepatnya reda.
Pernah suatu ketika aku melayani pelanggan. Ban kereta nya bocor
sehinggan harus di tambal, waktu itu sudah pukul 00.00 tepat. Dia datang dengan
mendorong kereta dan dengan wajah yang sedikit lelah bercampur kecewa karna ban
nya bocor. Aku mencoba untuk membongkar ban nya. Dan setelah saya lepas ban
dalam nya,ternyata ban nya bocor terlalu panjang, ini karna ban di arak
berjalan sehingga membuat lubangnya semakin melebar.
Bang, ini harus
diganti dengan ban dalam baru, kataku pada pelanggan tersebut. Dengan
sedikit kelelahan dia menjawab, berapa harga
ban dalam nya bang. Harganya Rp. 30.000, bang. Jawabku. terjadilah tawar
menawar harga, dan harga sesuainya Rp.25.000, agar ada uang pegangannya Rp.5.000.
selesai juga dan pelanggan tersebut berangkat pergi dan mengucapkan terima kasih banyak ya bang. Sama-sama, jawab ku.
Dilain
hari yang lalu, Pernah seWaktu-waktu rasa kantuk yang sangat tidak tertahan.
Aku tertidur diatas becak dan bersandar di samping mesin tambal ban. Aku
tertidur dan terlelap. Waktu itu sekitar jam 23.59 tepat, aku mulai memejamkan
mata. Disamping bisingnya suara klakson dan mesin kendaraan aku tetap tertidur
karna rasa kantuk ini. Hingga seorang pelanggan membangunkan ku dari tidur
karna ban sepeda motornya bocornya. Aku melihat jam pada saat itu sudah
menunjukkan pukul 01.00.
Segera
mata ini kucek dengan tangan kanan ku,sembari menyadarkan ku dari mimpi. Aku
mengambil alat-alat yang diperlukan dan langsung aku kerjakan dan memperbaiki
ban nya yang bocor. Selesai bang, jawabku pada pelanggan yang sedang sibuk
menggunakan ponsel nya. Berapa harganya bang? Tanya pelanggan. Harganya Rp.8000,
bang. Jawabku. pelanggan itu segera memberikan uangnya dan langsung pergi
meninggalkan tambal ban ku. Seketika itu aku langsung menyimpan uang kedalam
saku celana,agar aku bisa langsung kembali melanjutkan tidur ku yang belum
puas.
Tapi
terkejutnya bukan main. Uang yang ada di saku celana ku semua hilang. Aku heran
bukan kepalang. Semua saku di celana dan baju sudah aku cek, sampai
berkali-kali aku merogoh saku ku untuk memastikannya tapi tetap tidak ada. Aku
juga kembali ketempat tidurku dengan harapan terjatuh dan masih ada, tapi tidak
ada juga. Aku juga mengitari lokasi tambal ban ku tetap juga tidak ada. Uang
hasil hari ini hilang. Uang Rp.68.000 yang ada di saku ini pun hilang. Aku
yakin yang mengambil orang-orang pejalan kaki yang lewat disekitar ini. Tapi
aku tidak tahu siapa orang itu. Terkadang
juga preman-preman di sekitar ini membeli bensin tapi tidak bayar. Atau kalau
mereka bayar uang selalu kurang. Tapi tetap saya terima. Ya sudahlah, rejeki
pasti selalu ada, gumanku dalam pikiran ini.
Kalau harga disini hampir sama dengan tambal
lainnya, seperti: tambal ban sepeda motor Rp.8000/ lubang, ganti ban dalam Rp.
30.000/ buah (masih bisa nego). Kalau ban mobil bocor Rp. 10.000/ lubang dan
isi angin hanya Rp.2000 saja. Dan semua harga itu masih bisa kurang, karna
rejeki itu pasti akan selalu ada. Aku orang nya tidak tega menaruh harga
tinggi-tinggi.
Aku
harap suatu saat nanti bisa sukses dengan tambal ban ini sebagai modal awal
seperti orang lain juga. Pernah suatu ketika, teman yang sering jumpa di tempat
ini disekitaran tambal ku ini, saat ini dia sudah menjadi Sukses. Sudah
memiliki Mobil dan Rumah yang bagus. Dulu teman tersebut hanya penjual buah
Nenas keliling menggunakan becak dan selalu kalau malam tidur di depan teras
rumah orang. Dia selalu menjual hari kehari. Dia juga bercerita,setiap ada
untung dari jualan buah nenas ini,selalu aku sisihkan untuk ditabung. Jika uang
tabungan cukup banyak,aku membelikan kambing dan memiliharanya,agar nantinya
pada saat acara Idul adha dan Hari raya Lebaran bisa aku jual dan uangnya aku
juga simpan. Seperti itu yang aku lakukan hingga aku sudah memiliki rumah dan
mobil sendiri. Akupun percaya dengan
semangat dan usahanya, terlebih lagi pola pikirnya yang bagus. Aku termotivasi
dengan nya. Aku sangat bangga dengan sosoknya yang tetap sederhana dan
bersahabat. Sesekali juga dia datang kemari sekedar bercerita-cerita masa lalu
dengan ku. SEMOGA AKU JUGA BISA SUKSES SEPERTI DIA. Tutup bang andre.
Narasumber dengan terbuka jika ada teman atau saudara yang membantu untuk kelancaran usaha nya, bisa hubungi penulis untuk info lebih lanjut. terima kasih
Terima kasih buat narasumber (Bang Andre) yang bersedia berbagi cerita kepada penulis. jika ada teman ingin berbagi juga. silahkan kontak saya.
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar yang baik dan bijak dan berpendidikan.
jika ada komentar kamu berkaitan SARA, ETNIS dan tidak BERETIKA yang baik maka akan dihpus.
terima kasih