Jarak angka dua (2)
dan delapan (8) sangat jauh. Angka ini lah sudah menduduki dan bersanding dalam
diri dan ingatanku. Aku sih biasa saja menganggapnya, tapi tidak dengan orang
lain dan bahkan orang tua aku sendiri. Setiap orang lain dalam pergaulan
menanyakan tahun kelahiran aku, aku tetap saja dengan wajah polos untuk
memberitahukannya, dan mereka sedikit tertegun karna meraka tidak menyangka
bahwa aku itu lebih tua dari mereka (ya iyalah karna aku pasang wajah polos
saat menjawabnya.. hahaha..). Dan mereka menjadi memanggil saya “Abang” untuk
sebutan yang tertua dari mereka.
Handphone pun
berbunyi dan tertulis di layar “mamiku memanggil”. Langsung saja aku
mengangkatnya dan menyapa. Halo,mak... gimana kabarnya.. selang beberapa
pertanyaan terlontarkan dalam pembicaran ini, dan akhirnya mama bertanya
kepadaku, Lam, sudah berapa usia mu? Kapan lagi kawin?. Pertanyaan ini ibarat
petir disiang bolong. Tapi, aku langsung menjawab yang terbaik yang aku miliki.
“mak, tetap doakan lah yang terbaik, semua pasti ada waktunya”. Dan kata-kata
ini sedikit membuat mamak tenang, itu terdengar dengan nada suara terdengar
yang lebih santai dan tertawa. Akhirnya mamak pun berlanjut, jangan lama-lama
ya, kami sudah tua loh dengan bapak mu. Tetap ingat kamu yang dikampung ini ya.
Iya mak,sahut ku. Ucapan salam penutup dan Telepon pun berakhir.
Esokkan harinya,
masih di dalam ruang kecil di ukuran 3x3 M. Aku masih diam, duduk termenung
didepan kaca. Aku mulai melihat-lihat bagian wajah. Ternyata wajah sudah semakin
keriput, kantung mata semakin lebar. Dan kulit terasa sangat kasar. Aku menua.
Aku sesering
mungkin bergaul dengan teman yang lebih muda dari aku, hal ini aku lakukan agar
menjaga tetap ceria dan bahagia dan bisa saling berbagi pengalaman dari yang
muda dari aku. Jika saling berkumpul, aku sempatkan mereka untuk saling beradu
pendapat dan akhirnya saling menarik pendapat yang sama-sama saling sepakat.
Ini aku lakukan untuk menjaga otak untuk tetap bekerja dan terus aktif.
(kayaknya gak penting banget ya..
hahaha..)
Angka 28 ini
ternyata membuat aku harus berfikir cepat dan bertindak juga harus cepat. Karna
usia ini sangat rawan buat aku, karna usia ini adalah usia yang produktif dan
harus giat,agar nantinya kelak di usia tua bisa menikmati kesuksesan.
28 ini juga banyak
menyarankan aku untuk segera menikmati masa muda. Agar bisa melihat nanti kelak
anaknya menikah. Senang juga sih melihat teman yang sudah berkeluarga, dan
bahkan ada juga yang sudah memiliki anak. Tapi, ntah bagaimana bisa meluapkan
perasaan ini, bahkan sampai saat ini masih menjomblo.. masih takut kehilangan
kebahagian sendiri. Nanti juga ada masa ya saat harus benar-benar berkeluarga.
(guman ku dalam hati).
Lalu lintas jalan
raya tetap melakukan hal yang sama dan memiliki yang sama setiap aku melewati
jalan itu. Tiba saat warna merah, aku berhenti dengan sepeda biru ku. Melihat
mobil yang lain berjalan,dan ada seorang ibu beserta anaknya yang usia mungkin
2 atau 3 tahun menyebrangi zebra cross. Aku tetap perhatikan mereka dan melihat
anak kecil itu,yang dimana dipegang tangan kiri dan ditutun oleh ibunya. Karna
terlalu sering aku perhatikan anak itu, anak itu pun melihat aku dan tertawa.
Aku pun tersenyum melihatnya. Lampu hijau, jalan lah...
Aku tetap menikmati
hari-hari ku, aku tetap berfikir dalam otak ini dan aku tetap berdoa, bahwa
semua akan baik-baik saja. Dan semua akan indah pada waktunya. Jadi tidak perlu
terlalu khawatir, tapi tetap dipikirkan bahwa semua ada waktunya. Kebahagian
sejati menurut aku adalah bahwa kita
benar-benar merasakan kebahagian itu dengan waktu dan cara yang kita miliki.
Semua akan
baik-baik saja.
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar yang baik dan bijak dan berpendidikan.
jika ada komentar kamu berkaitan SARA, ETNIS dan tidak BERETIKA yang baik maka akan dihpus.
terima kasih